Senin, 19 September 2011

Stand Up Comedy on Letter

Stand up comedy yang pernah saya singgung di tulisan terdahulu. Membuat saya berfikir bagaimana juga kalau membuat stand up comedy ala tulisan. Berfikir dan juga mengkritisi apa yang kita lihat, dengar, rasakan atau bahkan yang kita lakukan sendiri.

Mungkin dari beberapa teman-teman semua perlu adanya sebuah bahan atau berbagai bahan untuk dikemukakan ke semua orang di depan panggung. Maka perlu adanya membaca artikel ini.

Tidak dapat saya mulai dengan cara basa-basi, karena saya bukan tipikal orang yang pandai basa-basi.

Pertama dan sampai selanjutnya mas bru dan mbak sis.

Ada yang pernah melihat movie Islami ala Indonesia yang digubah dari tulisan habiburrahman El Shirazy???

Gara-gara tingkah polah tulisan dialah berbagai judul sinetron bermunculan menggunakan tema serupa. Akhir-akhir ini ada sebuah sinetron bergaya islami menggunakan judul “kupinang engkau dengan bismillah”. Gambarannya pun bisa mulai terbaca, bisa jadi pinangan yang laki ini karena milih cewek yang solehah, mungkin. Bagi para sineas sinetron lainnya, bisa jadi akan menggunakan judul “kupinang engkau dengan istighfar”. Sinetron ini bertujuan menggambarkan keterpaksaan seorang lelaki menikahi perempuan yang tidak semestinya ia cintai, akhirnya ia meminang si cewek dengan banyak-banyak istighfar.

Seperti ini apa jadinya nanti. Sinetron sudah mulai merambah hal-hal yang sifatnya agamis.

Lagi-lagi iklan tivi di Indonesia juga smakin tidak adil. Coba bayangkan.

Segala hal yang namanya iklan tivi, pasti memberi tahu cara-cara pemakaian atau cara membuat atau cara mengaktifkan atau apalah. Suatu contoh, iklan shampoo, kita melihat dengan jelas meskipun lebay keliatannya, jelas sekali terlihat cara menggunakannya. Kemudian iklan sabun, cara menggunakannya pun juga tau, meskipun juga kita tidak akan pernah mandi dengan senyam-senyum di kamar mandi.

Adapun juga iklan pasta gigi, bagaimana caranya dan seperti apa hasilnya jika menggunakan pasta gigi tersebut, meskipun hasil nyata yang kita lakukan tidak seputih kapur “gamping” di iklan. Yang tidak jelas adalah iklan pembalut…

Gak adil sekali… koq gak diliatkan cara makainya bagaimana, kemudian hasilnya seperti apa… itu lho yang jadi masalah.

Kita di sudut jalan meminta keadilan, kebenaran… lha wong kita sendiri aja gak bisa adil koq… ya to??

Indonesia itu serba bisa koq, bisa segala hal… sudah susah payah para penyanyi menjual suara indahnya, malah dibajak sama orang-orang kita sendiri. Jika seperti ini, bisa jadi perilaku suka meng-imitasi barang jadi tidak terbatasi lagi. Cewek imitasi, gadis bajakan, cowok harga miring, bisa jadi titit imitasi… karena di Negara kita sudah mulai suka yang imitasi… karena menyandang predikat yang sangat disenangi kalangan rata-rata penduduk kita, yaitu murah meriah. Ya to…

Pasti dari yang membaca tulisan ini juga senang… senang kalau punya cewek bisa diajak ke warung makan nasi imitasi, diajak ke salon make sampo bajakan, diajak ke mall make motor tembakan, atau bisa jadi cewek cowoknya sama-sama imitasi…

Hal aneh pula yang saya rasakan sampai sekarang ini adalah lampu lalu lintas… kenapa warna yang dipakai harus merah… kuning… hijau… ngga’ ada warna lain apa?

Coba ke’ pake warna putih untuk jalan, warna biru untuk hati-hati atau kurangi rem alias gas pol… - meskipun aslinya kurangi kecepatan, tapi kebanyakan malah tancap gas… - , warna ungu untuk stop… kenapa harus merah kuning hijau??? Gitu lho..

Mbok ya yang kreatif dikit gitu lho Negara ini, dominan kita ini selalu menirukan Negara lain, cenderung mengatai Malaysia sedang krisis identitas, malah kita sendiri yang sedikit demi sedikit identitasnya mulai dibuang… benar??? Jawab benar aja mas bru.

Sedikit memaksa tapi juga ada benarnya…

Adapun sekarang helmet yang sudah memenuhi standar SNI, banyak bermunculan merk-merk dagang di jual di jalan-jalan. Masiiih ada yang menggunakan helm tidak memenuhi standar SNI. Helm bertanduk, helm berbulu, helm berkumis… emang kalau nanti jatuh tanduknya bisa ngapain??? Bulunya bisa apa??? Kumis??? Hadoooh….!!!

Kalau seperti ini mungkinan besar pasti nantinya ada helm bergading, helm bertaring, helm memiliki belalai, helm berleher panjang, helm bercula. Sekalian aja pak polisinya berseragam tutul, bersurai, bertanduk.

Dangdutan pula… kenapa se dinamakan dangdut… karena suara gendangan tu dominan “Ndang… Ndut”. Seperti itu…

Lha sekarang ini dari berbagai artis dangdutan terutama jawatimuran. Banyak bermunculan orkes-orkes lain selain sonata dan moneta. Mereka bermunculan membawa genre baru dengan dangdutan berpakaian seksi ala pornstar…

Jadi, kata dangdut sudah tidak lagi harus dipakai oleh aliran lagu yang satu ini. Yang lebih cocok aliran lagunya adalah “NdangKenthu”… karena gendangannya selalu diiringi dengan goyangan pantat yang mendal-mendal dan bisa dilihat oleh banyak orang. Sampai-sampai ada julukan goyang ngebor, gara-gara sering ngebor rahimnya jadi soak. Sekarang dah berhenti paling…

Ada lagi goyang ngecor, itu goyang ngecor atau goyang-goyangin “batang”???

Muncul lagi goyang kayang… prasaan orang kayang gak perlu goyangpun juga bisa kayang…??

Sukanya acara tivi kalau memiliki acara islami, membahas masalah halal-haramnya makanan atau kejadian-kejadian sesuatu. Bukannya kepada yang ahli untuk memberikan jawabannya, malah artis yang dimintai jawaban. Gak salah tu acara??? Sama saja kalau kita berkendara naik mobil dengan teman-teman gitu, pas dijalan mogok. Lalu ada yang bilang, “wah ini mesinnya rusak ini.” Mungkin bisa dikatakan mendekati kebenaran. Ada lagi, “bukan, bisa jadi air radiatornya…”. Tidak jauh dari benar. Lalu ada lagi yang nyleneh, ini orang yang gak tau ilmunya tentang mobil, “bukan… bukan itu… kaca spionnya barang kali yang jadi mogok…”. Apa ini patut dibenarkan? Tentunya tidak kan… gila bener! Bukan orangnya malah disuruh ngasi jawaban.

Sekarang ini sudah mulai bermunculan mainan-mainan yang semakin mempermudah anak kecil menggunakannya, dulu waktu hari raya, pas saya ada di Surabaya, ketemu dengan saudara membawa anaknya ke kebun binatang. Mungkin ingin mengenalkan kerabat ayahnya yang dipiara di sana kali ya… biar anaknya tau, “ini lho nak, turunan ayah dulu.” Jawab si anak, “emang ayah keluarga binatang??”. Si ayah nimpali, “kita kan keluarga hewan tuju turunan.” Sang anak Tanya lagi, “koq ayah manusia?”. Dengan sedikit menyesal ayahnya menjawab, “ayah turunan ke delapan…”. ????

Nggak becanda, maksudnya gini, di dalam wahana kebun binatang yang rata-rata dipamerkan serba-serbi binatang, ternyata ada penjual mainan anak kecil seperti alat tiupan balon air. Jadi ada airnya yang dicampur sabun, kemudian ada alatnya tu, yang dicelupkan ke airnya, lalu tinggal tekan tombol, balon-balon kecil berhamburan keluar dari “congor” alat itu. Ini sebuah pertanda yang nantinya pasti ada mainan atau bahkan diluar mainan, yang juga nyleneh.

Kita kan cenderung berupaya berfikir diluar kotak, out of the box. Kemungkinan besar tahun-tahun berikutnya, ada restoran, warung atau apalah sejenis itu. Para konsumen gak perlu piring, gak perlu sendok garpu gelas, tinggal nganga mulutnya langsung masuk makanan ke mulutnya. Jadi tinggal duduk, “pesen apa mas?”, Tanya pelayan. “pesen sate 20 tusuk”. Langsung seketika itu 20 tusuk sate se tusuk-tusuknya masuk ke mulut ketika konsumen nganga di warung itu. Atau bisa jadi lagi di jalan naik bus, eee perut lagi pengen download – maksudnya ingin be’ol -, tapi ga’ ada toilet. Jelas memang udah kebelet terus lagi naik bus. Uyel-uyelan, kepala pusing. Nunggu bus berhenti.

Bisa jadi tahun-tahun ke depan gak usah nunggu bus berhenti. Tiap kursi bukan dalam bentuk tempat duduk, tapi toilet duduk, jadi gak usah susah payah nahan, tinggal losss ahhh… masalah bau, hanya satu kali dua kali masyarakat ngomel, tapi selanjutnya udah terbiasa.

Yang aneh lagi tau ngga’ kalian, dubai dan kawan-kawannya ternyata membuat pulau buatan di pesisir laut dubai. Sekarang yang ada dan sudah beroperasi, palm island, dreamland, terus apa lagi?? Banyak lah pokoqnya. Coba dipikirkan… kenapa mereka berlomba-lomba membuat rumah, atau hotel yang sebenarnya sudah ada tempat yang gak perlu susah payah membuat di tengah laut? Ini kan pemborosan namanya… bukan karena Negara kita kere terus gak bisa membuat hal seperti itu, lalu dikatakan saya ini iri ama Uni emirat arab, tidak… tentu tidak.

Lama-kelamaan ni, ada lagi satu Negara mungkin, membuat samudera air di tengah daratan. Samudera impian, dream ocean. Hutan buatan di tengah laut… dream forest ocean. Pangkalan ojek laut, perempatan laut Indonesia. Lampu lalu lintas lautan. Bandara gak ingin kalah, mereka mungkin membuat trotoar angkasa, PKL di rute-rute pesawat, nanti ada di depan kaca pesawat ada tulisan jauh dekat 10ribu, pesawat full ac, tidak ber ac, full music. Pesawat regular, jadi kaca jendela full buka terus ketika perjalanan.

Mulai muncl lagi mobil dari eropa raya, membuat mobil impian. Impian lagi. Mobil yang bisa dikendarai darat dan laut. Mobil ini namanya mobil ampibi. Cuma repotnya kalau sudah di laut terus ke darat, pakaian yang dipakai basah gak bisa kering. Itu yang jadi masalah. Kalau saya boleh usul, ketika habis dari laut, pakaian basah. Langsung ada tombol dress draiyer. Sekali tombol tinggal pilih berapa drajat panas yang diinginkan, langsung pakaian bisa kering. Cuma pilihan minimal 50 derajat celcius, biar gak laku. Aneh sekali sekarang ini…

Ada yang ngeliat gak di tivi-tivi, ada orang mengumpulkan omplong-omplong plastic dari minuman, dikumplkan jadi satu, lalu diatasnya diberi tanah, dan diberi tanaman pesisir seperti bakau. Dan disisi yang lain terdapat tempat tinggal pembuatnya. Apa gak salah nie… koq ya repot amat membuat rumah dari kumpulan plastic, terus apalah… jadinya seperti itu. Tanah kan masih buanyak… yang kosong masih ada. Koq ya mbuat yang aneh-aneh… gitu lho.

Kelakuan orang ini bisa-bisa mancing orang yang sma gilanya dengan dia, membuat hal aneh pula.

Ngumpulkan sabut kelapa dijadikan satu terus dibuat kapal mini, terus orangnya melakukan perjalanan laut, dari tanjung perak ke pulau Madura. “saya mengarungi samudera ini dengan kapal buatanku, dari kumpulan sabut kelapa.” Whoaaa…. Langsung dapat rekor muri, pembuat kapal dari sabut kelapa, perjalan dari sana ke sini. Ya kira-kira 3 kiloan lah.

Atau ngumpulkan bekas potongan rambut, dijadikan satu buat hiasan di body luar mobil, atau rumah, yang dilapisi dengan kulit manusia, atau bisa jadi pengoleksi gigi manusia, ia kumpulkan entah gimana caranya, ia buat penghias pagar depan rumah, lalu ada tulisannya, “Always Smile with us”. Tiap pagi butuh puluhan pasta gigi untuk menggosok gigi-gigi yang ada di pagar rumahnya.

Hiasan rumah yang mengelilingi dalam ruangan, biasanya juga ada yang aneh-aneh. Ada yang tau kan…???

Lama kelamaan bermunculan lagi nie, asbak dari batok kepala manusia atau kera, pot teras dari bekas wc duduk, aquarium dari ban truk, kursi ruang tamu dari aspal jalan. Biar kalo ada tamu gak lama-lama di rumah. Atau bahkan gantungan kunci dari cpu computer, hampir mirip dengan kalung saykoji bisa-bisa nie.

Satu lagi, tapi bukan yang terakhir. Bank Indonesia akan mengeluarkan uang kertas terbaru yang akan memberikan pelayanan khusus bagi penyandang tuna netra. Jadi entah di sisi sebelah mana nantinya, uang kertas Indonesia ada huruf brailer agar orang buta bisa mbaca kalau ini uang, atau ini uang berapa nominalnya. Menurut mereka ada pasal dalam UUD ’45, bahwa tiap-tiap warga Negara memiliki hak yang sama. Kurang lebih seperti itulah. Ya mnurut saya masih kurang, bagi penyandang buta warna kan belum. Kalau bisa nantinya sekalian selain hurup brailer, tiap warna-warna yang digunakan dalam kepingan kertas mata uang yang baru, ada keterangan. “ini warna biru, ini warna merah, ini warna kuning”, biar orang buta warna tidak merasa terpinggirkan juga. Ya memang perlulah hal-hal seperti itu, kalau dikatakan gak perlu ya monggo…

Bangsa kita juga tidak mengajarkan untuk membuat lulusan berkarya, tapi lulusan yang senang berkomentar, seperti kita-kita ini… kan namanya aja stand up comedy… tertawa yang cenderung menertawai diri sendiri. Kalau gak suka, gak usah dibaca, karena tulisan ini bukan untuk dibaca koq, tapi untuk dirasakan.

Selalu di tiap-tiap acara apapun, dalam seminar, dalam sepakbola, dalam perekonomian, dalam masalah social. Kebanyakan yang bermunculan adalah tokoh-tokoh pakar di bidangnya yang dibahas, dengan gelar yang lebih panjang daripada namanya, yang hanya berkomentar…

Kenapa??? Kenapa harus mereka yang dimunculkan…?

Banyak sekali yang jadi komentator dan bahkan menjadi komentator lebih banyak meraup keuntungan dibanding mereka yang aplikatif. Buktinya…buanyak.

Komentar sepakbola, komentar politik, komentar ekonomi, komentar sejarah, komentar apalah namanya… banyak lah.

Kalau saya pribadi, ini pertanda bahwa Negara ini membina masyarakatnya untuk suka berkomen saja, sekarang sudah banyak jejaring social tumbuh dan digandrungi para komentator. Kalau gak komen gak gaul. Update status… RT, atau apalah yang rata-rata hanya sebatas komen… yang gak habis piker tu, tiap kali buka facebook, ada komen “wuuuaaaahhh… hari ini aku capek.” Terus kalau kamu capek, untungnya saya mbaca tulisanmu itu apa??? “Hari ini aku bĂȘte”. Itu kamu, lha wong saya ndak koq, gunanya apa?? Gak bermutu sama sekali. Gitu ya ada aja yang ngasi komen atau gak gitu ngasi jempol.

Lebih-lebih nanti ada lagi nie, komunitas komentator, jadi tiap kali ada masalah slalu ngasi komen. Umpama temennya lagi gak bisa BAB, terus mengeluh, “aduuuh sakit benerrr… 3 hari gak bisa keluar…”. Yang benar seharusnya kan ngasi nasihat, minum obat apa kek. Kalo bagi komunitas komentator ini, malah mereka berbagi komentar untuk didengar oleh penderita. “sepertinya teman kita lagi sakit ngga’ bisa BAB, ini bisa jadi pertanda bahwa ia makan makanan yang tidak berserat. Bagaimana bung pendapat anda??”. Tanya presenter komunitas komentator, “OK bung, kurang lebih seperti itu bung, bla… bla… bla…”. Kalau saya sebagai penderita, jawaban saya Cuma satu. “JANCOK!!!”

Menyebalkan sekali, menganggap kita sebagai temannya, tapi hanya bisa memberikan komentar yang gak ada gunanya. Dan tidak aplikatif…

Sesama polisi nie, terus dilapori warga ada maling.Lalu meluncur ke TKP, bukan malah mengejar tapi malah saling memberi komentar. “saya rasa maling ini mencuri uang ndan, - kadang polisi suka gitu kan - , buktinya dari cara mereka berjalanpun seperti ini ndan. Menurut anda ndan??”. Jawab komandannya, “ ya… bagi saya bukan seperti itu briptu, mungkin maling lagi buru-buru karena ketahuan warga setempat, jadinya bekas kaki maling seperti ini.” Si briptu menyahut, “OK, bagaimana bapak-bapak, ada yang bertanya…?, saya rasa cukup ya. OK”. Itu maling dah keburu lari pak!!!

Jadi, kalau seperti ini jadinya, para perampok, para koruptor makin aman donk. Karena yang banyak hanya yang memberi komentar, bukan yang bekerja untuk menangkapi mereka… mungkinan besar ini yang dialami sama Negara ini. Koruptor gak bisa ditangkap karena yang diekspos hanya orang yang bisa berkomentar saja.

Yang tidak ada komen tu, dan langsung aplikatif itu, kalau ada cowok nemui cewek, cewek bilang, “baaang… saya lagi jablai..”. Laki brangasan, jawab, “Minta berapa mbak…??”. Langsung nyambung udah… aplikatif….

Mau makanpun masiiih aja sempet-sempetnya komentar. “menurut saya makan disitu nggak enak bro, mending tempat lain aja, ya gak tau se kalau kalian ngrasa di situ enak, mending sana aja.” Yang lain jawab, “emang situ gak enak? Bagi saya ga’ tu… malahan yang disana yang ga’ enak.” Lainnya nimpali, “dua-duanya gak enak, lidah saya tu paling tau rasa makanan enak seperti apa, di sono lho baru enak.” Semua jawab keberatan, “waduuuh… jauh brooo…”. Yang terakhir ngasi komen, “gimana kalo gak makan aja?, tidur… besok bangun, lapar… tidur lagi, seperti kata mbah surip, tidur lagi. Ya tunggu mati aja udah… enak kan??? Gitu aja koq repot. Ayo!”. Jama’ah pada, “????????”.

Ini yang berakibat gak take action… cenderung pikar-pikir… memang perlu dipikirkan, tapi gak gitu-gitu amat pak dhe!

Lagi nie, ada yang suka lagu Indonesia gak, saya rasa sekarang ini boyband-boyband Indonesia berplagiat ria ala koreanesse. Rambutnya, gayanya, mukanya, modelnya. Emang budaya kita gak bisa apa dibuat boyband???

Iya kalau korea asli, mereka pahamnya gerakan seperti itu bagi mereka aduhai. Tapi kalau menurut kita, ya ampuuut… seakan-akan kita melihat seperti babu-babu berdansa modifikasi cara ngepel lantai, dancing hand ala bersih-bersih kaca jendela, dst. Kita kan sudah punya gaya sendiri, kenapa harus pake gaya orang…

Simpulannya mereka-mereka ini hanya mengekor, gak jauh beda ama pantat knalpot. Cenderung selalu bersuara sama seperti suara mesinnya. Dihias apapun gayanya, ya sama… ente itu pantat knalpot…

Sementara mungkin ini dulu ya…

Maaf kalau gak ada yang salah dari yang saya tulis. Kurang lebihnya terima kasih…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru Kami

BELAJAR HURUF HIJAIYAH UNTUK SANTRI PRA JILID METODE UMMI DENGAN GAMBAR ; ukuran kertas (40x60) cm

 Semoga bermanfaat, silahkan dikopas sesuai keinginan saudara-saudara semuanya.

Postingan Terdahulu Kami