Rabu, 31 Agustus 2011
Stand Up Comedy
Mungkin dari beberapa dari kita sudah banyak yang tau tentang apa itu Stand Up Comedy?? Stand Up Comedy merupakan sejenis opera atau lawakan yang disodorkan kepada pemirsa yang dilakukan hanya satu orang saja. Kadang dia menggunakan alat bantu, atau tidak sama sekali. lawakan yang ia berikan kepada pemirsa merupakan lawakan atau kekonyolan yang up to date, yang masih panas di keseharian kita.
mungkin bisa jadi dalam bentuk sindiran, ungkapan, gerakan tubuh/gesture, raut muka, celotehan, perumpamaan, hiperbola... atau masih banyak lagi cara-cara yang digunakan dalam menyampaikan pesan tersebut, yang mana pesan tersebut mengandung unsur kelucuan yang unik, yang tidak monoton atau yang pernah kita lihat.
Stand Up Comedy dilakukan oleh satu orang atau one man show, dan durasi yang diberikan rata-rata kurang dari satu jam. orangnya-pun tidak harus berdiri... melulu, tapi juga terkadang ada yang duduk. Pokoknya, Lucu, Unik, menarik untuk didengar, segar, lelucon yang dinamis dan mantap... kamsudnya ya sesuai dengan apa yang sedang hot-hot-nya dibahas di publik, kemudian diceritakan dalam bingkai lain yang membuat pendengarnya tertawa. Dan pemirsa berkomentar, "Iya... Iya.. bener.. bener..!!! HAHAHHAHA...!!!".
Jadi joke-joke yang dilontarkan tidaklah hanya imajinasi-imajinasi saja, tapi nyata... gitu lho.. bisa dipahami ya?? kalo gak paham, minum pil paham. Biar agak sedikit kurang lebih mudeng sama yang saya beri taukan.
Adapun Stand Up Comedy ini telah ada 18 abad yang lalu, dan munculnya juga di daratan Eropa. kemudian menjalar ke Benua-benua yang dikuasai oleh komunitas Eropa, yaitu Amerika, Australia, Kepulauan Faroe, bahkan Afrika Selatan... Negara tetangga kita, Singapura, Malaysia dan masih banyak lagi.
Di Negara Indonesia, saat itu sudah mulai berdiri sebenarnya bentuk lawakan seperti ini. Akan tetapi tidak semulus dan semeriah yang boom di Eropa. seperti yang kita ketahui bahwa dulu, masyarakat kita lebih suka lawakan yang ber-"genre" Srimulatan. Tapi kita perlu berterima kasih kepada mereka, karena kalau tidak ada mereka mungkin tidak akan pernah ada Stand Up Comedy seperti sekarang ini.
berkembang- dan berkembang hingga saat ini. Di Indonesia mulai terbentuk saat ini komunitas comedian yang berunjuk kebolehan di depan plototan mata banyak orang, yaitu di wilayah kemang, Jakarta. Saya kurang tau betul jakarta bagian mana mas bru mbak sis, karena saya asli Surabaya, procolan Jember, makaryo di Malang. So, disitulah pusatnya berkumpul mereka-mereka yang ingin mengeluarkan unek-uneknya lewat guyonan segar ala Stand Up Comedy-nya Indonesia.
Saya tau baru bulan puasa kemarin ini, kira-kira tanggal 15 agustusan kalo g salah ya, ada temen dari jakarta menyodorkan video dari "nyusub" katanya. terus dia bilang, mas kalo ngliat sule kan ketawanya sampe ke buuka tu mulutnya, intil-intil aja sampe keliatan. umpama kalo saya sodorkan video ini mas sama ngakaknya gak??? terus saya jawab.
GAK...
hehehe maaf bercanda..
karena penasaran, akhirnya saya liat, waktu itu yang saya liat pertama kali adalah show dari Raditya Dika. Weleh-weleh-weleh.... Gak Nyangka bisa selucu itu, memang kalau saya liat mungkin radit ini baru pertama kali beradegan satu orang seperti ini, tapi ia merupakan seorang rookie yang patut diacungi jempol, karena semuanya up to date. Ada di kehidupan kita. satu lagi yang saya gak nyangka, dan cara penyampaiannya pun "nyante' buanget. si Pandji Pragiwaksono. Ya Ampuuun... bener-bener nyata... dan rileks...
kalau teman-teman mas bru mbak sis pengen liat, cari di "nyusub". tau gak nyusub tu apa?
yang punya tagline "Broadcast U'r Self"!! nek gak ngerti nuemen sampean...
cari dengan kata kunci stand up comedy indonesia, atau cari aja langsung dengan nama pemainnya. raditya dika atau pandjin pragiwaksono. dah wes... penthelengi tu video, gak ngakak berarti kalian gak tau tentang dunia luar kamu.
udah wes itu aja, yang lain nanti saya sampaikan kapan-kapan... kalau gak muales...
MAAFKANLAH BUDAKMU INI YA ALLOH… AMPUNI HAMBAMU INI YA ROHMAAN…
Suatu ketika aku menyusuri jalan, dan berhenti di halte waktu pagi. Aku berusaha untuk tidak terlambat untuk bergegas berangkat ke kantor kerjaku. Lalu bus yang mengantarku datang.
Dudukku selalu berada di samping anak kecil lucu yang didampingi oleh kakeknya. Tidak pernah mereka berdua menampakkan kelesuan, selalu bergembira. Senyum si kecil selalu menggembirakan hatiku. Karena senyumnya kerjaku menjadi segar…
Tidak seperti biasanya, selalu yang berpamitan dulu adalah saya karena letak kantor kerjaku lebih dekat daripada yang mereka tuju. Kali ini sebaliknya, mereka turun terlebih dulu dari saya. Ketika si kecil berdiri, apa yang saya lihat. Sungguh aku terperangah melihatnya. Anak itu cacat, kaki krinya tidak ada. Karena kecelakaan waktu dia masih kecil, karena itu kakeknya selalu mendampingi dirinya ketika mau kemana-mana.
Sungguh, anak ini tidak merasakan penyesalan atau kecewa, murung sekalipun tidak nampak. Selalu di hadapanku ia gembira riang. Ya Alloh… maafkanlah budak-Mu ini… ampunilah hamba Ya Alloh… dengan kakiku yang masih sempurna masih saja hamba mengeluh… Ampunilah Budak-Mu ini ya Alloh…
Liburan memang sungguh menyenangkan. Sayapun pergi ke suatu kota yang indah pemandangannya. Disana-pun terdapat pasar yang istimewa, murah dan menawarkan ciri khas kota tersebut. Sungguh di luar dugaanku, ternyata di pasar sana, terdapat seorang buta yang menjajakan pakaian untuk para turis. Namun sedikit dari para turis yang iba terhadapnya atau hanya sekadar mengatakan salam kepadanya. Dan tidak satupun dari orang lalu-lalang menghampiri lapaknya untuk membeli pakaiannya, maklum yang ia jual bukan barang khas kota tersebut. Yang ia jual hanyalah pakaian biasa, dengan harga yang murah.
Lalu sayapun menghampirinya, dan aku menanyakan harganya. Dengan gembira, ia mengatakan “silahkan Pak, harganya murah koq. Boleh ditawar.” Gemetar diriku mendengar boleh ditawar, ia buta masih saja mengatakan boleh ditawar. Lalu sayapun mulai memuji pakaiannya. “Bagus-bagus ya pakaiannya.” Pujiku ingin menyenangkannya. Lantas ia menjawab dengan mata lembab, “maaf Pak, saya tidak bisa melihat, kalaulah bisa melihat sungguh senang hati ini kalau ada orang menyenangi barang jualan saya. Tapi terima kasih Pak pujiannya.”
Mata ini tak kuasa membendung tangis. Tapi tetap saya tahan agar ia tidak tahu. Ku usap mataku dengan tisuku. Lalu saya segera membeli pakaiannya. Dan kuberikan uangku kepadanya. Lagi-lagi aku dibuatnya menangis.
“terima kasih Pak, anda telah memberikan imbalan kepada saya dengan uang ini. Meskipun banyak orang disini, mengambil pakaian dan tidak membayar. Semoga Alloh membalas kebaikan Bapak terhadap diri yang buta ini.”
Saya juga mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu menjauh dan menangis sejadinya…
Ya Alloh Ampunilah Budak-Mu ini… Maafkanlah hamba-Mu ini yang selalu mengeluh dengan nikmat-nikmat-Mu ya Alloh…
Gembira sekali melihat anak-anak bermain bola di jalan kampung. Senang sekali melihat kegembiraan mereka. Ingin sekali saya mendekati mereka dan ikut berkerumun dengan permainan mereka. Lalu saya pun ikut dengan mereka dan larut dengan kegembiraan mereka.
Namun di pojok rumah saya melihat anak kecil murung, dan tidak ikut bermain. Lalu aku panggil dia. Sontak anak-anak tertawa karena saya memanggil anak tersebut. Ada apa sebenarnya…
Lalu kutanyakan sama anak-anak itu, ternyata dia tuli tidak bisa mendengar, oleh karena itu ia murung. Karena kasihan saya melihatnya sendirian tidak bergaul dengan temannya. Sayapun mulai mendekatinya.
Lalu ku ajak dirinya untuk bermain denganku. Lalu ia mengatakan dengan tangannya, bahwa ia tuli. Saya berusaha membuat ia yakin kalau ia bisa. Dan akhirnyapun ia mau bermain denganku.
Sungguh anak ini benar-benar ingin bermain seperti layaknya teman-temannya, karena teman-teman sebayanya menghinanya dan menjauhinya-lah yang mengakibatkan dia murung seperti ini. Saya berusaha membuat dia selalu gembira berada didekatku. Sungguh ini adalah pengalaman yang tak terlupakan selama-lamanya.
Ya Alloh maafkanlah budak-Mu ini ya Alloh….
Ampuniah hamba yang selalu mengeluh ini ya Alloh.
Telah Engkau cukupi diri ini dengan nikmat-nikmat-Mu. Dengan sempurna tubuh ini berjalan di Bumi-Mu. Akan tetapi syukur-pun tak kunjung terucap di mulut hamba. Namun ketika melihat apa yang telah Engkau gambarkan di hadapan hamba ini, sungguh hamba berusaha seumur hidup hamba selalu bersyukur kepada-Mu.
Maafkanlah Budak-Mu ya Alloh…. Ampunilah… hamba…
(disadur dari lantunan Ahmad Bukhatir-Forgive Me)I.B.U
Apa itu I.B.U? singkatan dari apa mas bru mbak sis? Ada-ada saja bukan?
Sebenarnya itu bukan singkatan ataupun singkatan yang mengada-ada. Tapi itu sebuah kata, yaitu IBU. Seorang yang telah berjasa membesarkan kita sampai seperti ini. Berusaha memberikan yang terbaik kepada diri kita apapun yang kita minta, meskipun sakit yang dia rasakan dan tidak akan pernah ia beritahukan kepada anaknya. Hanya satu keinginan dirinya, ingin melihat anaknya tersenyum gembira.
Sedihnya kita merupakan sedihnya seorang Ibu, gembiranya kita merupakan gembiranya seorang Ibu. Seorang yang selalu mencari sepeser uang untuk sesuap nasi anaknya. Meskipun ia harus menyusuri sungai yang deraspun, ia lakukan demi anaknya tercinta. Bahkan bila perlu, ia menggadaikan apa yang ia punya dari dirinya, hanya ingin melihat anaknya bisa senang. Itulah Ibu.
Pernahkah kita melihat Ibu bekerja? Pernahkah kita melihat Ibu dicerca karena kesalahan ia ketika bekerja? Pernahkah kita mendengar cacian, makian, hinaan yang diberikan kepada Ibu kita? Pernahkah? Dan apa yang Ibu lakukan?
Ibu kita selalu berusaha memendam kepedihan yang ia rasakan ketika berada di sisi kita. Mereka tidak menginginkan yang namanya rasa sedih menghinggapi kehidupan kita. Menurutnya, belum saatnya kita mengenyam pengalaman yang serba penuh duka.
Memang tidak semua Ibu berperilaku seperti yang saya ceritakan di atas, terkadang ada seorang Ibu yang lari dari tanggung jawabnya, ada seorang Ibu yang tega membunuh belahan jiwanya sendiri, terkadang ada pula Ibu dengan berani-beraninya membunuh anaknya ketika masih di dalam kandungan. Atau bahkan ada yang lebih dahsyat lagi dari ini?
Bisa jadi ketika anak telah beranjak kecil, remaja ataukah dewasa, terkadang seorang Ibu mengeluarkan kata-kata yang tak pantas di dengar oleh anaknya. Memarahi anaknya dengan nada dan kalimat yang sulit untuk dipercaya kalau kata-kata itu keluar dari mulut seorang Ibu. Peringatan dari peribahasa-pun sudah jelas bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Jika seorang Ibu seperti ini, kelak anaknya seperti apakah nanti…
Pelajaran disini bukan untuk mengorek kesalahan seorang Ibu, mungkin akan saya ulas sedikit pada bagian yang lain. Untuk kali ini, saya lebih memilih untuk seorang Ibu yang bijak kepada anaknya…
Seorang Ibu tidaklah sama dengan seorang ayah, hak mereka lebih utama daripada seorang ayah. Setelah menunaikan kewajiban kepada Alloh dan Rosul-Nya, langkah berikutnya adalah kepada seorang Ibu, kemudian Ibu kemudian Ibu lalu barulah hak seorang Bapak. Seperti itulah besarnya hak seorang Ibu terhadap anaknya. Mengapa demikian??? Perlu diingat bahwa yang saya ulas kali ini adalah seorang Ibu yang bijak.
Ingatlah ketika ia membawamu kemana-mana, kala itu kamu masih berada di dalam rahimnya. Ingatlah ketika seorang Ibu berusaha untuk memberikan nutrisi untuk janinnya, kelak akan menjadi seorang anak yang sehat. Ingatlah bahwa Ibupun merasakan kelelahan yang dahsyat ketika kita mulai membesar di dalam rahimnya. Ingatlah waktu-waktu Ibu telah banyak tercurah ketika kita masih di dalam rahimnya.
Ketika ia ditakdirkan untuk keluar mengintip warna-warni dunia. Seorang Ibu begitu sakitnya, begitu lelahnya, begitu banyak mengeluarkan darah, waktu, uang untuk kita. Namun sang Ibu tidak merasakan itu semua, karena kegembiraanlah yang ia rasakan. Memberikan rasa kasih sayangnya kepada buah hatinya, memberikan nama yang baik untuk diri kita. Menyusui anaknya.
Kita menangis, Ibu bergegas memberikan apa yang kita inginkan, tak siang tak malam hingga dini haripun seorang Ibu merelakan waktu tidurnya untuk anaknya. Kurang lebih 2 tahun lamanya Ibu memberikan air susunya untuk kehidupan anaknya. Kalau seperti ini, apa yang kurang dari Ibu kita?? Kurang baik apa Ibu kita??
Beranjak besar, ibu semakin besar memberikan semua keinginan anaknya. Memasukkan anaknya untuk mengikuti jenjang pendidikan dari tahun ke tahun. Hingga kita bisa mencapai gelar tinggi, sarjana atau lebihnya lagi Profesor…
Tapi, itu semua ternyata berakhir dengan seorang anak meninggalkan nan jauh dari rumah reot seorang Ibu. Mereka semakin tua, semakin lemah tak ada daya kecuali dengan bantuan anak-anaknya. Ia tidak ingin uang kita, mereka hanya ingin kita tau, bahwa dia adalah Ibu kita. Hanya itu pintanya. Ia sendirian di rumahnya, tanpa ada yang menemaninya kecuali hanya seorang suami yang juga sama-sama tuanya. Mereka berdua yang seharusnya menjadi diri yang merasakan hari tuanya dengan tenang, ternyata mereka berjalan menyisiri trotoar dan aspal yang panas, hanya untuk mencukupi kebutuhan makan mereka berdua. Sang suami yang semakin tua, tetap berusaha memberikan hiburan kepada istrinya yang keriput, agar tidak bersedih hati.
Jauh sekali dari kecukupan, mereka tetap saja masih berharap dengan Alloh agar rizki tetap terlimpahkan untuknya dan untuk anaknya. Ternyata Ibu masih mengingat kita… meskipun di sisi lain kita berbangga-bangga dengan gelar berentet, mencitrakan di hadapan banyak orang, memiliki banyak kolega kerja yang menguntungkan kita. Namun Ibu, berdiam di tempat yang jauh dengan kita masih pula dengan gembiranya terus mendoakan kehidupan kita, saat itu kita lupa dengannya.
Kalau ujian melanda diri kita, kita jatuh terjerembab tidak berdaya menghadapi kehidupan. Kita jatuh miskin tidak memiliki apa-apa lagi. Apa yang kita lakukan??
Kembalilah kita kepada orang tua, dengan membawa duka, membawa kesengsaraan. Mana wahai diri kita!! Kebahagiaan kita yang kita bangga-banggakan kemarin, mana bukti kesuksesan kita yang seharusnya kita berikan kepada Ibu kita?? Seperti inikah kita memberikan rasa sakit kepada hati mereka saat mereka telah renta menghadapi cobaan kita?? Inikah balasannya??
Tapi sang Ibu tetap tersenyum di hadapan kita, meskipun hatinya teriris menangis. Ibu tetap memberikan sisa-sisa kasih sayangnya yang tiada tara kepada kita, anaknya. Ibu, kau sungguh pahlawan bagi hidupku. Itulah jawaban kita. Tapi, cukupkah dengan ungkapan seperti itu meneggembirakan Ibu yang telah kusut pakaiannya?? Meski ia menjawab gembira, terasa dalam hati hina sekali diri kita, karena hanya sebatas bisa memberikan ungkapan.
Ibu saat ini hanya seonggok akar kering yang hanya berdaya memangku diri kita selagi kita susah, tidak dapat berbuat banyak untuk hidup kita ke depan, kecuali hanya memberikan lantunan syair, dongeng masa kecil kita, laguan anak-anak untuk diri kita, membelai rambut kita. Hanya itu…
Kering, kusut, ada airpun tak mau menyerap, karena sudah saatnya sebuah akar ini pergi selama-lamanya…
Itukah kita terhadap Ibu??
Jadikan sekarang ini adalah hari-hari yang selalu mendoakan kebaikannya, mendoakan jasa-jasanya untuk kita, dan kembalilah kepadanya ketika kita memiliki, dan kembalilah kepadanya penuh dengan cinta meskipun saat itu kita sakit, dan jangan tampakkan diri kita di hadapannya sebagai seorang sengsara, karena hati Ibu tidak akan tega merasakan anaknya seperti itu…
Bahagiakanlah dia, seperti harapan kita membahagiakan diri. Banggakanlah dia seperti kita bangga dengan diri. Berlalulah dengan mendoakannya setiap saat, karena doa kepadanya, tanpa ada hijab yang menghalanginya. Alloh-pun telah memberikan jabatan yang begitu tinggi kepada seorang Ibu yang bijak. Kenapa kita sebagai ciptaan-Nya tidak memuliakannya??
Cukup itu dulu ulasan saya tentang seorang Ibu yang baik hatinya. Semoga bermanfaat, dan menjadi bahan renungan untuk kita semua. Amiiin….Postingan Terbaru Kami
BELAJAR HURUF HIJAIYAH UNTUK SANTRI PRA JILID METODE UMMI DENGAN GAMBAR ; ukuran kertas (40x60) cm
Semoga bermanfaat, silahkan dikopas sesuai keinginan saudara-saudara semuanya.
Postingan Terdahulu Kami
-
Jadi begini, Apa itu batas wilayah? Saya sendiri juga belum tau definisi persisnya. Menurut pemahaman saya, sebuah garis yang disepaka...
-
Semoga bermanfaat, silahkan dikopas sesuai keinginan saudara-saudara semuanya.