Suatu ketika aku menyusuri jalan, dan berhenti di halte waktu pagi. Aku berusaha untuk tidak terlambat untuk bergegas berangkat ke kantor kerjaku. Lalu bus yang mengantarku datang.
Dudukku selalu berada di samping anak kecil lucu yang didampingi oleh kakeknya. Tidak pernah mereka berdua menampakkan kelesuan, selalu bergembira. Senyum si kecil selalu menggembirakan hatiku. Karena senyumnya kerjaku menjadi segar…
Tidak seperti biasanya, selalu yang berpamitan dulu adalah saya karena letak kantor kerjaku lebih dekat daripada yang mereka tuju. Kali ini sebaliknya, mereka turun terlebih dulu dari saya. Ketika si kecil berdiri, apa yang saya lihat. Sungguh aku terperangah melihatnya. Anak itu cacat, kaki krinya tidak ada. Karena kecelakaan waktu dia masih kecil, karena itu kakeknya selalu mendampingi dirinya ketika mau kemana-mana.
Sungguh, anak ini tidak merasakan penyesalan atau kecewa, murung sekalipun tidak nampak. Selalu di hadapanku ia gembira riang. Ya Alloh… maafkanlah budak-Mu ini… ampunilah hamba Ya Alloh… dengan kakiku yang masih sempurna masih saja hamba mengeluh… Ampunilah Budak-Mu ini ya Alloh…
Liburan memang sungguh menyenangkan. Sayapun pergi ke suatu kota yang indah pemandangannya. Disana-pun terdapat pasar yang istimewa, murah dan menawarkan ciri khas kota tersebut. Sungguh di luar dugaanku, ternyata di pasar sana, terdapat seorang buta yang menjajakan pakaian untuk para turis. Namun sedikit dari para turis yang iba terhadapnya atau hanya sekadar mengatakan salam kepadanya. Dan tidak satupun dari orang lalu-lalang menghampiri lapaknya untuk membeli pakaiannya, maklum yang ia jual bukan barang khas kota tersebut. Yang ia jual hanyalah pakaian biasa, dengan harga yang murah.
Lalu sayapun menghampirinya, dan aku menanyakan harganya. Dengan gembira, ia mengatakan “silahkan Pak, harganya murah koq. Boleh ditawar.” Gemetar diriku mendengar boleh ditawar, ia buta masih saja mengatakan boleh ditawar. Lalu sayapun mulai memuji pakaiannya. “Bagus-bagus ya pakaiannya.” Pujiku ingin menyenangkannya. Lantas ia menjawab dengan mata lembab, “maaf Pak, saya tidak bisa melihat, kalaulah bisa melihat sungguh senang hati ini kalau ada orang menyenangi barang jualan saya. Tapi terima kasih Pak pujiannya.”
Mata ini tak kuasa membendung tangis. Tapi tetap saya tahan agar ia tidak tahu. Ku usap mataku dengan tisuku. Lalu saya segera membeli pakaiannya. Dan kuberikan uangku kepadanya. Lagi-lagi aku dibuatnya menangis.
“terima kasih Pak, anda telah memberikan imbalan kepada saya dengan uang ini. Meskipun banyak orang disini, mengambil pakaian dan tidak membayar. Semoga Alloh membalas kebaikan Bapak terhadap diri yang buta ini.”
Saya juga mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu menjauh dan menangis sejadinya…
Ya Alloh Ampunilah Budak-Mu ini… Maafkanlah hamba-Mu ini yang selalu mengeluh dengan nikmat-nikmat-Mu ya Alloh…
Gembira sekali melihat anak-anak bermain bola di jalan kampung. Senang sekali melihat kegembiraan mereka. Ingin sekali saya mendekati mereka dan ikut berkerumun dengan permainan mereka. Lalu saya pun ikut dengan mereka dan larut dengan kegembiraan mereka.
Namun di pojok rumah saya melihat anak kecil murung, dan tidak ikut bermain. Lalu aku panggil dia. Sontak anak-anak tertawa karena saya memanggil anak tersebut. Ada apa sebenarnya…
Lalu kutanyakan sama anak-anak itu, ternyata dia tuli tidak bisa mendengar, oleh karena itu ia murung. Karena kasihan saya melihatnya sendirian tidak bergaul dengan temannya. Sayapun mulai mendekatinya.
Lalu ku ajak dirinya untuk bermain denganku. Lalu ia mengatakan dengan tangannya, bahwa ia tuli. Saya berusaha membuat ia yakin kalau ia bisa. Dan akhirnyapun ia mau bermain denganku.
Sungguh anak ini benar-benar ingin bermain seperti layaknya teman-temannya, karena teman-teman sebayanya menghinanya dan menjauhinya-lah yang mengakibatkan dia murung seperti ini. Saya berusaha membuat dia selalu gembira berada didekatku. Sungguh ini adalah pengalaman yang tak terlupakan selama-lamanya.
Ya Alloh maafkanlah budak-Mu ini ya Alloh….
Ampuniah hamba yang selalu mengeluh ini ya Alloh.
Telah Engkau cukupi diri ini dengan nikmat-nikmat-Mu. Dengan sempurna tubuh ini berjalan di Bumi-Mu. Akan tetapi syukur-pun tak kunjung terucap di mulut hamba. Namun ketika melihat apa yang telah Engkau gambarkan di hadapan hamba ini, sungguh hamba berusaha seumur hidup hamba selalu bersyukur kepada-Mu.
Maafkanlah Budak-Mu ya Alloh…. Ampunilah… hamba…
(disadur dari lantunan Ahmad Bukhatir-Forgive Me)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar