Yang namanya Hama dan Penyakit tanaman sungguh menjadi musuh utama bagi para petani. Jangankan petani, pembeli hasil panen petani-pun risih jika melihat hasilnya masih ada penyakit atau bahkan ulatnya. Oleh karena itu, petani selalu berusaha menginginkan tanaman yang ia budidayakan bagus dan panen melimpah, tidak teracuni hama dan penyakit. Dan itulah masalahnya sampai sekarang. Mungkin sudah menjadi prinsip kehidupan kali ya, “ada gula ada semut”, kalo ada tanaman budidaya, sudah pasti hama penyakit “banca’an” disana.
Apa yang menjadi judul di atas mungkin bagi beberapa teman-teman berfikir, tidak ada hubungannya dengan HPT, Segitiga Emas lebih dikenal dengan muara sungai pertemuan antara Thailand, Vietnam dan Myanmar. Yang mana dari segitiga lintas sungai itu menjadikan polisi internasional menjuluki wilayah itu wilayah segitiga emas, yang selalu meresahkan semua Negara. Kenapa??? Lokasi disana merupakan peredaran tercepat narkoba. Dah wes gak usah dibahas, pembahasan kita kali ini segitiga emas HPT.
Saya lanjutkan…
The kamsud (maksudnya) apa itu segitiga emas HPT. Na..h gini ceritanya mas bru, yang namanya tanaman budidaya, pasti ada pelaku-pelaku yang menjadikan tanaman itu tumbuh kembang ataukah mati. Pelaku-pelaku itulah yang akan dibahas di jagongan kita kali ini. Apa saja pelakunya?
1. Lingkungan
Ada yang belum tau kenapa lingkungan menjadi factor peranan penting terhadap pertumbuhan tanaman? Jika “ndak” tau, maka disinilah tempatnya untuk tau.
Lingkungan merupakan tempat tumbuhnya tanaman, tanah, hara, air mineral, udara, apa lagi? Itu semua kan bagian dari lingkungan. Ya kan? Kalau itu semua bagian dari lingkungan, maka semua yang disebutkan tadi sudah seharusnyalah dapat membantu tanaman untuk tumbuh.
Namun fakta teori tidaklah berbanding lurus dengan aplikasi di lapang. Buktinya, jika lingkungan dengan kelembaban tinggi, mulai saat itulah induk hama bertelur, jadi masa-masa ibu hama melakukan “persalinannya” pada saat kelembaban lingkungan meninggi. Ngerti?
Nah… yang jadi pertanyaan kelembaban lingkungan tinggi itu waktu kapan?? Jawabannya, pada saat musim hujan beranjak ke musim kemarau, istilah jawanya mongso rendeng arep ketigo, wayahe akeh-akehe homo. Itu orang jawa, dan memang benar, karena masa musim kemarau adalah giat-giatnya hama untuk bertelur, karena saat itu pula tanaman mulai membentuk tunas-tunas baru untuk mempersiapkan diri menghadapi musim kemarau. Tunas baru tanaman bertujuan untuk membentuk bunga dan menjadi buah untuk simpanan makanan mereka jika saat kemarau tidak ada makanan di tanah.
Namun karena “kriminalitas” hama dan penyakit tidak dapat ditanggulangi oleh tanaman, akhirnyapun tanaman yang bertunasan mulai digerogoti oleh ulat-ulat/nimfa dari telur-telur hama yang menetas. Dari sinilah kekalahan telak tanaman mulai terjadi.
Dengan kondisi seperti ini nimfa yang lagi senang-senangnya makan lahap, berusaha untuk membiakkan dirinya lagi sampai sebanyak-banyaknya hingga mereka menjadi dewasa dan terbang. Berrrr…..!!! Kata sang tanaman,” Sial kalian!! habis manis sepah ditinggal terbang. Dasar gak tau diuntung!!” Kata hama gak mau kalah, “makanya kalo tumbuh jangan jadi tanaman, jadi batu aja, biar gak dimakan….”. sembari terbang melihat tanaman yang bingung mau jawab apa.
Ganas-ganasnya serangan hama adalah pada saat kemarau, karena kemarau tidaklah mengganggu telur-telur hama yang diletakkan di bawah daun tanaman. Dan mereka dapat berkembang biak dengan cepat saat musim kemarau. Apalagi hama juga selalu membuat masalah lain lagi, mareka juga terkadang sebagai vector pembawa virus atau pembawa bakteri untuk “dihadiahkan” kepada tanaman. Ya pastilah tanaman gak mau, karena keterbatasan gerak akhirnya tanaman nerimo apa adanya. Ya sudahlah…
Kasian ya tanaman itu… makanya sayangi tanaman kamu mas bru…
Namun jika pada saat musim hujan datang menghampiri, bersyukurlah tanaman, karena hama tidak dapat berkembang biak dengan banhyak seperti halnya pada saat musim kemarau. Kenapa ya? Karena telur-telur mereka banyak yang termakan dan bahkan dirusak oleh cendawan. Alhamdu… Lillaahhh…
Jama’aahhh…. Oooo jama’aahhh…. HALAH!!
Jadi saat itulah mulai senangnya tanaman karena hama tidak memberikan kerusakan fatal ketika musim penghujan tiba.
Namanya saja dunia, masalah satu sudah terselesaikan, muncul lagi masalah baru yang harus juga diselesaikan. Tau tidak mas bru, musim penghujan merupakan waktu tumbuh suburnya cendawan/jamur di muka bumi. Jamur tersebut tidak hanya tumbuh di dinding, tanah, dan tanaman mati yang sudah membusuk. Tapi juga tanaman yang masih hidup-pun juga diserang. Maka disinilah lagi tanaman mulai nunduk kepala. Hedeeeehhh…. Eneek maneeh..
Dari sinilah makanya, para petani selalu berupaya agar tanaman mereka tetap segar meskipun lika-liku musim yang berubah dan membawa penyakit yang bergiliran. Semoga kebaikan mereka untuk kita semua dibalas oleh Alloh ta’ala. Amiiin…
2. Tanaman itu sendiri
Maksudnya tanaman itu sendiri adalah kesehatan tanaman itu sendiri. Jika tanaman sehat maka hama dan penyakit jarang masuk menyerang, jika pesakitan maka sudah jadi sasaran empuk bagi komplotan mereka berdua (hama dan penyakit). Dan factor yang mempengaruhi kesehatan tanaman adalah seperti suplai hara, ketersediaan air, intensitas cahaya matahari. Jika salah satu kekurangan, maka bisa dipastikan serangan itu terjadi.
Begitu juga penanaman seragam yang dilakukan oleh petani, tidak ada tumpang sari atau tanaman lain disebelahnya. Itulah yang mengakibatkan serangan hama penyakit dapat merusak dengan cepat tanpa basa-basi. Dan memang nggak ada yang namanya maling itu basa-basi.
Atau bahkan tidak adanya pergiliran tanaman dalam satu lahan, yang menjadikan perkembang biakan hama membludak dari perkiraan. Pergiliran tanam juga harus dilakukan agar tidak terjadi peningkatan hama dan penyakit dalam satu lahan. Kesimpulannya disini, lakukanlah yang namanya tumpang tindih… maksudnya tumpang sari tanaman. Dan juga lakukan yang namanya pergiliran tanam pada satu lahan yang sama. OK mas bru…!
3. Hama Penyakit
Nah disini merupakan pembahasan paling utama, karena malingnya ya disini ini. Ketangkap ataupun gak ketangkap, mereka perlu dibahas. Pembahasan mereka juga tidak harus selesai, karena mereka maling yang tak pernah selesai memangsa tanaman budidaya kita.
Jika cendawan menyerang, maka yang dilakukan cendawan adalah dengan bantuan angin mereka melepaskan spora untuk diterbangkan sesuai sasaran, mlesetpun tak masalah yang penting mengarah pada tanaman. Ketika spora hinggap di tubuh tanaman, dia akan membentuk pintasan atau shortcut berupa haustoria—benang hifa yang menjadi pijakan cendawan sekaligus menyerap nutrisi tanaman. Haustoria juga berfungsi untuk menembus dinding sel tanaman dan menghisap karbon organic dari dalam sel tanaman.
Untuk itu sebenarnya tanaman-pun juga tidak tinggal diam, tanaman juga memiliki hormone berupa asam salisilat—zat ini juga dipakai untuk jamuran pada kulit manusia. Tujuan asam salisilat ini adalah untuk menekan serangan haustoria cendawan ke dalam sel. Jika serangannya berjama’ah, maka tanaman sudah pasti kalah.
Jika yang menyerang hama, maka hama adalah penyerang yang nampak bekasnya yaitu berupa gigitan atau hisapan. Untuk menghindarinya tanaman juga punya zat lilin yang digunakan untuk melingungi serangan hama untuk memakan daun-daun mereka. Zat ini saya lupa, apa ya namanya. Kalau ada yang tau share ya dengan saya.
Itulah sepintas segitiga emas hama penyakit tanaman yang menjadi siklus peristiwa kehidupan tanaman. Terima kasih jika teman-teman telah membaca tulisan ini, jangan lupa tolong di share ke banyak orang ya?...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar